Sunday, 22.Dec.2024, 11:30 AM
Main » Articles » My articles

SEANDAINYA PKI LAHIR KEMBALI

Suatu tragedi berdarah bagi bangsa Indonesia telah terjadi  empat puluh enam tahun yang lalu. Tragedi itu berupa pemberontakan yang dilakukan oleh PKI untuk merebut kekuasaan dan mengubah dasar negara. Kejadian itu terjadi pada akhir malam tanggal 30 September dan dini hari tanggal 1 Oktober 1965.

Pada awal-awal terjadi, dampak tragedi itu sangat menyentuh rasa kemanusiaan, dimana ratusan ribu jiwa melayang. Sampai sekarang dampaknya masih terasa antara lain, berupa kepastian hukum yang belum terselesaikan pada banyak orang. Meski usaha pemberontakan PKI tersebut pada akhirnya dapat digagalkan, namun masih timbul pertanyaan siapa sebenarnya dalang dari semua kejadian tersebut.

Buku-buku yang beredar tentang pemberontakan PKI 1965 pun juga banyak versi yang semakin membuat orang atau masyarakat Indonesia bingung dibuatnya. Siapa yang harus bertanggungjawab atas semua peristiwa tersebut. Studi yang dilakukan oleh Sosiolog Hermawan Sulistyo menyebutkan ada lima versi pelaku yaitu PKI Sebagai Dalang (Arnold Brakman, Guy Pauker, dan Marshal Green); Masalah Internal Angkatan Darat (Cornel Paper);  Bertanggung Jawab (Anthony Dake); Soeharto di Balik Gestapu (W.F Wertheim); Jaringan Intelijen dan CIA (Coen Holtzappel). Sementara Sejarahwan Asvi Warman Adam yang meneliti berbagai buku yang terbit mengenai masalah ini di seluruh dunia,  termasuk buku putih terbitan pemerintah Orde Baru, menyebut enam versi pelaku utama atau dalang G 30 S/PKI yaitu PKI dan Biro Khususnya (Buku Putih Pemerintah); Sebuah Klik Angkatan Darat (Cornel Paper, Wertheim); CIA/Pemerintah Amerika Serikat (peter Dale Scott, G. Robinson); Rencana Inggris Yang sejalan dengan Skenario CIA: Presiden Soekarno (John Hughes, Antonie Dake); Tidak ada pelaku tunggal (Nawaksara dan Manai Sophiaan)

Masing-masing analisis mempunyai argumentasi untuk memperkuat analisis dan kesimpulannya mengenai pelaku utama atau dalang G30S/PKI. Namun demikian tetap saja sulit untuk dicapai suatu kesimpulan bersama atau mayoritas mengenai siapa pelaku sebenarnya dari tragedi tersebut. Sehingga sampai sekarang ini peristiwa yang telah berlalu 46 tahun yang lalu tersebut tidak juga diperoleh kejelasan termasuk pelaku utama atau dalangnya.

Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah masihkah perlu kita mencari siapa pelaku atau dalang utama dari peristiwa berdarah tersebut? Dan apa yang akan kita lakukan seandainya dalang utama dari tragedi berdarah ini kita temukan? Apakah akan kita arak bersama-sama di tengah lapangan kemudian kita menghakiminya bersama-sama? Atau kita akan membiarkanya semua ini tetap menjadi misteri bagi bangsa ini? Dan apa yang akan terjadi seandaiya PKI lahir kembali di negeri ini? Dan apakah bisa kita benar-benar mendapatkan kebenaran siapa aktor sesungguhnya yang berada dibelakang peristiwa tersebut, sementara kasus-kasus baru yang muncul dinegeri ini saja sulit untuk diungkap?

 

Komunis Haram Di Indonesia

Pasang surut pergerakan politik PKI sebagai salah satu organisasi politik di Indonesia membawa dampak yang besar bagi perjalanan bangsa Indonesia. Sejak di dirikan pada tahun 1924 oleh Sneevliet, PKI senantiasa membayangi perjalanan politik Indonesia Hingga tahun 1966.  Selama perjalanan 42 tahun tersebut segala macam cara digunakan untuk mencapai tujuan utama mereka yaitu mengkomuniskan Indonesia. Jalan kekerasan sering dipilih oleh PKI, antara lain pemberontakan Cirebon (1946), pemberontakan Madiun (1948) dan terakhir pemberontakan pada tahun 1965 dimana tercatat setidaknya ada 6 Jenderal TNI menjadi korban kekejaman mereka.

Eksistensi keberadaan PKI pada masa awal kemerdekaan Indonesia terjadi karena memanfaatkan demokrasi liberal pada saat itu dan memanfaatkan obsesi Soekarno yang ingin menyatupadukan tiga sistem, yaitu Nasionalisme-Agama(Islam)-Komunisme (Nasakom). Keuntungan PKI yang utama dari sistem ini adalah mereka dapat bangkit kembali setelah terpuruk akibat gagalnya pemberontakan PKI Madiun 1948. Jalan kekerasan yang sebelumnya mereka gunakan beralih ke jalan yang lebih lunak. Di bawah kepemimpinan DN Aidit, PKI menempuh "Strategi Kanan” yaitu berkompromi dengan menempuh jalur parlementer untuk memperoleh simpatik dan dukungan dari rakyat.

Langkah ini ternyata efektif, dengan bukti PKI dapat memperoleh predikat empat besar dalam pemilu langsung pertama pada tahun 1955 di belakang PNI, Masyumi dan NU. Artinya, masyarakat Indonesia sudah melupakan kejahatan yang telah dilakukan oleh PKI ini pada tujuh tahun sebelumnya. Dan inilah sebenarnya keberhasilan pertama dari PKI sejak kegagalan Madiun Affair 1948 dan menjadi tonggak berdirinya kembali kekuatan komunis di Indonesia yang mereka dapatkan secara kosntitusional dan damai dalam memperjuangkan ideologinya.

Keberhasilan PKI dalam pemilu 1955 yang dilatar belakangi oleh keadaan ekonomi masyarakat pada saat itu yang kurang baik semakin membuat rasa percaya diri mereka bertambah. Beberapa tokoh sentral PKI pun akhirnya masuk ke dalam kabinet saat itu, sehingga semakin memperkuat kekuatan politik mereka. Program Nasakom yang digelorakan oleh Presiden Soekarno mereka dukung sepenuhnya karena mereka tahu inilah payung politik utama yang benar-benar bisa melindungi keberadaan mereka di Indonesia ini.

Strategi politik klasik mereka lakukan seperti yang dilakukan Partai Komunis di Rusia dan China untuk mencari simpatik dan dukungan dari rakyat, mereka senantiasa berdiri dibelakang rakyat dan mendukung setiap rakyat melakukan aksi-aksi melawan kebijakan pemerintah yang dianggap merugikan dan menyengsarakan kehidupan rakyat. PKI memunculkan isu-isu yang langsung mengena pada kehidupan masyarakat bawah khususnya kaum petani dan buruh. Bagi petani dimunculkan isu "Tanah untuk Petani” dan bagi kaum buruh dimunculkan isu "Alat Produksi di Kuasai Buruh”. Strategi tersebut benar-benar berhasil untuk mendapatkan dukungan dari rakyat pada saat itu.

Dalam perkembangan selanjutnya banyak sekali organisasi yang kemudian menginduk ke dalam organisasi PKI, karena merasa sejalan dan sejiwa dengan program yang dicanangkan oleh PKI. Bahkan, seandainya pada tahun 1960 dilakukan pemilu tidak menutup kemungkinan PKI adalah pemenang dari kontes lima tahunan tersebut.

Kemenangan pemilu 1955 setidaknya telah membuat PKI semakin jumawa dengan kekuatannya, sehingga sepuluh tahun kemudian mereka mengulangi perjuangan mereka untuk mengubah ideologi negara Pancasila menjadi ideologi komunis. Namun, lagi-lagi usaha mereka tersebut dapat digagalkan dan bahkan aksi terakhir mereka tersebut justru menjadi akhir dari kelangsungan hidup mereka di Indonesia ini.

PKI sebagai ideologi dan partai benar-benar berakhir setelah MPRS mengeluarkan Ketetapan MPRS No. XXV/MPRS/1966 yang berisi pembubaran PKI dan larangan penyebaran ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme. PKI dianggap sebagai partai terlarang dan haram untuk bisa hidup di Indonesia, segala bentuk kegiatan yang bisa mereka lakukan sebelum 1966 kini hancur sudah. Bahkan, para tokoh kunci dari PKI akhirnya dihukum mati atau dipenjara seumur hidup sebagai bentuk pertanggungjawaban atas kesalahan mereka. Strategi yang salah atau memang mereka dimanfaatkan oleh pihak lain yang memang tidak suka dengan keberadaan mereka, itulah pertanyaan selanjutnya.

 

Belajar dari Sejarah

A nation that fails to learn from its history is doomed to repeat it. Bangsa yang tidak belajar dari sejarahnya sendiri akan terpaksa mengulanginya, mungkin inilah yan akan terjadi seandainya kita tidak bisa belajar dari peristiwa masa lalu. Keberadaan PKI dan ideloginya di Indonesia telah membawa dampak yang sangat besar bagi negara Indonesia tercinta ini. Lantas apa yang akan terjadi jika kita tidak dapat belajar dari sejarah?

Apakah bangsa ini akan maju seperti China (yang notabene adalah negara komunis), ataukah negara kita akan hilang seperti kerajaan-kerajaan nusantara pada masa dahulu kala?. Kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi seandainya komunis itu lahir kembali. Jawaban pasti adalah kita tidak akan seperti sekarang ini, dimana kebebasan sudah menjadi tradisi dalam kehidupan kita.

Bangsa ini harus dapat belajar dari sejarah, karena sejarah mengajarkan kepada kita kebijaksanaan (wisdom), sejarah mengajarkan kita untuk mencari alternatif terbaik dari ribuan jalan yang akan kita tempuh dalam hidup ini. Semoga bangsa ini tetap jaya selamanya. Amin..

 

Diolah dari berbagai sumber

 

 

Category: My articles | Added by: alumnisejarah (01.Oct.2011) | Author: Wiyanto, S.Pd E
Views: 12957 | Comments: 4 | Rating: 1.0/1
Total comments: 4
4 Wiyanto Dwijo hardjono  
0
Siip-siip,

3 bulwingkel  
0
memboyong masyarakat ke dalam penjara tidak baik.

2 bulwingkel  
0
yang penting bagaimana bisa mengangkat harkat dan martabat indonesia.

1 bulwingkel  
0
sebenarnya semua sah sah aja . kalo menang pemilu kan tidak dengan jalan kekerasan.tapi pki telah mendapatkan kekerasan lebih dulu.sebenarnya semua sah sah aja kalo semua berjalan secara demokratis.

Name *:
Email *:
Code *: